Gelandang Pengangkut Air
“Hanya
Bola Yang Boleh Lewat”
Jauh setelah sepakbola modern
berkembang pesat seperti sekarang ini, peran seorang penjegal lapangan tengah
amat sentral. Genaro Gatuso, Arturo Vidal, Sergio Busquest, Xabi Alonso, dan
N’golo Kante adalah sederet nama dalam sejarah sepak bola modern. Posisi mereka
dalam timnas atau klub masing-masing hampir pasti tidak tergantikan. Merekalah
yang berperan sebagai pemutus aliran serangan lawan dan menjadi inisiator
serangan tim. Tugas mereka adalah menjaga agar transisi ke bertahan-menyerang
dan sebaliknya berjalan efektif.
Media-media
sepak bola menyebut pemutus aliran serangan ini dengan banyak nama. Ada yang
menyebut sebagai gelandang jangkar, gelandang box to box, gelandang poros, dan lain
sebagainya. Di Indonesia gelandang seperti ini disebut sebagai gelandang
pengangkut air. Mereka adalah pelindung bagi para pemain belakang dan pendukung
bagi pemain depan. Ahmad Bustomi adalah
salah satu nama terbaik di posisi ini.
Pemain-pemain
bertipikal petarung sekaligus punya insting tajam dalam menyerang seperti ini
juga yang paling dicari oleh pelatih sepakbola di era modern. Casemiro misalnya
disebut-sebut sebagai mozaik yang hilang sebelum berlabuh ke Bernabeu. Ia kini
menjelma menjadi poros kunci kesuksesan permainan atraktif Real Madrid dalam
dua musim terakhir. Musim lalu posisinya hampir tak tergantikan. Demikian pun
N’golo Kante. Sebelum bergabung bersama Chelsea, ia menjadi salah satu pemain
kunci yang menghantar Liecester City ke tangga juara Premier League dua musim
lalu. Musim lalu ia juga menjadi andalan pelatih Antonio Conte di Chelsea.
Mereka adalah contoh terbaik kerja seorang gelandang pengangkut air.
Jauh
dari hiruk-pikuk sepakbola Eropa dan Liga Satu Indonesia, jauh ke timur, peran
seorang gelandang pengangkut air disadari pula amat penting. Bahkan dalam
pertandingan Pesta Family Sanpio yang ke-62 tahun ini. Beberapa karakter yang
sempat diamati oleh penulis memiliki karakter kuat menjadi seorang pengangkut
air di masa depan. Mereka biasanya selalu kalah tenar atau jauh tidak lebih
dikenal dibandingkan peran yang diemban seorang goal getter tim. Seorang striker tetap diakui, sebagai penyandang
pesona paling mentereng diantara rekan setim. Sedangkan seorang pengangkut air,
lebih sebagai seorang pengumpan yang tidak menahan bola terlalu lama di kakinya,
tetapi jauh sebelum bola diover, mereka sudah melakukan scanning mendalam-akurat terhadap posisi teman, lawan dan bahkan
wasit disekitar mereka. Ditafsir secara psikologis merekalah yang paling rendah
hati diantara kawan setimnya, sebab setelah menjegal atau mencuri bola dari
kaki lawan, mereka segera memberikan bola pada gelandang serang misalnya.
Di
Seminari Kisol, seorang gelandang pengangkut air amat mudah dikenal. Jika tak
bertubuh besar, maka tampangnya kelihatan sangar dan arkais. Merekalah yang
menjaga kedalaman tim dan mendikte jalannya pertandingan. Jika para gelandang
pengangkut air ini absen, efeknya amat besar terhadap teamwork. Merekalah yang menentukan hasil akhir pertandingan. Dalam
beberapa pertandingan, mereka amat memegang teguh prinsip ini: ‘bola boleh
lewat, tapi musuh jangan’. Secara rerata, seorang gelandang pengangkut air
melakukan 25-30 kali tekel per pertandingan, lebih banyak dari siapapun, bahkan
para gelandang pengangkut air dunia. Lihatlah, dari tempat ini, beberapa tahun
ke depan kita akan menyaksikan pengangkut air-pengangkut air hebat, entah di
Eltari Memorial Cup atau di turnamen-turnamen sarat gengsi lainnya.